PENGUKURAN DAN KESALAHAN
DALAM PENGUKURAN
I. PENGUKURAN
Pengukuran memberikan arti penting bagi manusia untuk menggambarkan
berbagai fenomena alam dalam bentuk kuantitatif atau angka. Lord Kelvin
menyatakan : “Bila anda dapat mengukur apa yang anda bicarakan serta
menyatakannya dalam bentuk angka, maka anda mengerti apa yang anda bicarakan. Tetapi bila anda tidak
dapat mengukurnya dan tidak dapat menyatakannya dalam bentuk angka, maka
pengetahuan anda tidak memuaskan atau mengecewakan”. Dalam pengukuran dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara
fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel. Instumen
tersebut membantu kemampuan manusia dan memungkinkan seseorang untuk menentukan
nilai dari sesuatu yang tidak diketahuinya.
Dalam pengukuran digunakan
sejumlah istilah yang didefinisikan sebagai berikut:
- Ketelitian
(accuracy) : Kemampuan
dari alat ukur untuk memberikan nilai pendekatan terhadap
harga sebenarnya dari obyek yang diukur.
- Ketepatan (precision): Kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang
didistribusikan sekitar nilai rata-ratanya atau penyebaran nilai pengukuran individual dari nilai
rata-ratanya.
Alat ukur yang mempunyai presisi yang bagus tidak
menjamin
bahwa alat ukur tersebut mempunyai akurasi yang bagus.
a. Presisi dan
akurasi tinggi; b. Presisi rendah,
akurasi tinggi;
c. Presisi
tinggi, akurasi rendah; d. Presisi dan
akurasi rendah
- Repeatabilitas (repeatability):
Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil yang sama dari proses pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dan identik.
- Kesalahan
(
error ): Beda
aljabar antara nilai ukuran yang terbaca dengan nilai
“sebenarnya
“ dari obyek yang diukur.
-
Resolusi (resolution):
Besar
pernyataan dari kemampuan peralatan untuk membedakan arti dari dua tanda harga atau skala yang paling
berdekatan dari
besaran yang ditunjukkan.
- Kalibrasi (calibration): Serangkaian kegiatan
untuk menentukan kebenaran konvensional penunjukan alat ukur atau menujukkan
nilai yang diabadikan bahan ukur dengan cara membadingkannya dengan standar
ukur yang tertelusuri ke standar nasional dan/atau international.
- Koreksi (
correction ): Suatu harga yang ditambahkan secara aljabar pada hasil dari alat ukur untuk
mengkompensasi penambahan kesalahan sistematik.
- Ketertelusuran ( traceability
): Terkaitnya hasil pengukuran pada standar nasional/internasional melalui peralatan ukur
yang kinerjanya diketahui, standar-standar yang dimiliki
laboratorium tempat pengukuran dilakukan dan kemampuan personil
lab. tersebut.
- Kehandalan (
reliability ): Kesanggupan alat ukur untuk melaksanakan fungsi yang disyratkan untuk suatu periode
yang ditetapkan
- Rentang ukur (range):
Besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan batas ukur atas
- Jangkauan (span): Beda modulus antara
dua batas rentang nominal dari alat ukur.
II. KETIDAKPASTIAN PADA
PENGUKURAN
Hasil-hasil yang diperoleh dalam percobaan fisika di
laboratorium tidak dapat diterima begitu saja, sebab hasil percobaan tersebut
harus dipertanggungjawabkan keberhasilan dan kebenarannya. Karena kemampuan
manusia terbatas dan ketelitian alat yang digunakan memiliki batas kemampuan
tertentu maka pelaporan hasil-hasil pengukuran harus disertai dengan nilai
toleransinya. Hasil pengukuran baru
dapat dinyatakan benar jika harga besaran yang diukur dilengkapi dengan
batas-batas penyimpangan dari hasil pengukuran tersebut. Toleransi atau batas
penyimpangan tersebut dikenal dengan istilah ketidakpastian. Nilai ketidakpastian bermanfaat dalam
mengetahui tingkat keberhasilan dalam
melakukan percobaan. Jika nilai ketidakpastian terlalu besar ada kemungkinan
percobaan salah, jika terjadi hal demikian maka percobaan harus diulang kembali
dengan berbagai cara, misalnya mengulang pengukuran beberapa kali dengan lebih
teliti atau mengganti alat-alat percobaan dengan alat yang lebih tinggi batas
ketelitiannya (lebih akurat).
Jelaslah bahwa suatu percobaan dapat diterima dengan
wajar apabila hasil pengukuran disajikan dengan menyertakan nilai
ketidakpastiannya. Meskipun hasil percobaan tidak tepat sama dengan teori yang
melatar belakanginya, jika hasil percobaan masih terletak dalam interval x ±Δx (Δx adalah ketidakpastian yang
disebabkan keterbatasan alat, keterbatasan waktu, keterbatasan kemampuan
manusia dan lain-lain) maka percobaan yang kita lakukan dapat diterima dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk memperoleh nilai pengukuran yang mendekati nilai
sebenarnya, pengukuran haruslah dilakukan berulang-ulang. Setiap pengulangan
pengukuran biasanya tidak menghasilkan nilai yang sama dengan pengukuran
sebelumnya. Perbedaan nilai pengukuran ini disebut kesalahan. Kesalahan dalam
suatu percobaan dapat dibagi dua golongan, yaitu:
2.1 Kesalahan Sistem
Kesalahan sistem bersumber pada alat pengukur/alat
praktikum, sehingga seringkali dinamakan kesalahan konstan. Kesalahan sistem
dapat terjadi karena:
1. Kesalahan kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada
saat pembuatan alat tidak tepat, sehingga setiap kali alat digunakan ada suatu
ketidakpastian pada hasil pengukurannya. Kesalahan ini dapat diketahui dengan
cara membandingkan alat yang salah tersebut dengan alat baku.
2. Kesalahan titik nol. Artinya jarum penunjuk skala
tidak tepat berada di titik nol alat ukur.
3. Kelelahan komponen alat ukur. Kesalahan ini misalnya
terjadi pada pegas. Pegas yang sering dipakai lama-kelamaan akan melembek
sehingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk skala.
4. Kondisi lingkungan kerja. Lingkungan kerja seperti
suhu, tekanan, kelembaban dan perubahan tegangan listrik berpengaruh terhadap
ketepatan pengukuran.
2.2 Kesalahan Pengamat
1. Kesalahan paralak. Kesalahan ini timbul apabila saat
membaca skala posisi pengamat tidak tegak lurus dengan jarum penunjuk skala.
2. Kesalahan penafsiran. Kesalahan ini terjadi karena
salah tafsir terhadap bagian skala alat ukur. Pada peralatan yang rumit operasinya,
pengamat harus memahami cara penggunaan alat dengan baik sebelum melakukan
percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan pengukuran.
III. PERHITUNGAN
KESALAHAN
3.1 Ketidakpastian Pada
Pengukuran Tunggal
Apabila pengukuran dilakukan hanya satu kali,
ketidakpastian pengukuran adalah setengah kali nilai skala terkecil alat ukur (1/2 nst).
Contoh:
Mistar dengan nst
1 mm kita gunakan untuk mengukur tebal balok. Hasil pengukuran sebesar 5 cm,
maka hasil pengukuran yang harus kita laporkan adalah:
x = (50 ± 0,5) mm atau
x = (5,0 ± 0,05) cm
Apakah yang tersirat dari cara penulisan ini?
1. Pengamat menduga bahwa balok yang diukurnya memiliki
tebal antara 49,5 mm sampai 50,5 mm.
2. Tersirat tentang tingkat presisi skala alat. Mistar
yang dipakai hanya mampu membaca sampai 1 angka desimal saja.
3.2 Ketidakpastian Pada
Pengukuran Berulang
Untuk memperoleh nilai pengukuran yang mendekati nilai
sebenarnya, pengukuran haruslah dilakukan berulang-ulang. Misalkan pengukuran
dilakukan sebanyak n kali, diperoleh hasil x1, x2, x3,
..... xn. Untuk mendapatkan nilai terbaik dari pengukuran dilakukan
dengan cara merata-ratakan hasil pengukuran tersebut, yaitu:
Ketidakpastian dari yaitu Δx disebut standar deviasi rata-rata
sampel, dihitung menggunakan rumus:
(Baird, 1962 h.64 dan
Beers, 1967 h.30)
Contoh:
Pada 10 kali pengukuran diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut:
X = 10,0;
10,2; 10,2; 10,0;
9,8; 10,0; 9,8;
10,3; 9,7 dan 10,0
Nilai hasil pengukuran harus kita laporkan dalam bentuk
I
|
xi
|
|
1
|
10,0
|
0
|
2
|
10,2
|
0,04
|
3
|
10,2
|
0,04
|
4
|
10,0
|
0
|
5
|
9,8
|
0,04
|
6
|
10,0
|
0
|
7
|
9,8
|
0,04
|
8
|
10,3
|
0,09
|
9
|
9,7
|
0,09
|
10
|
10,0
|
0
|
|
Σ = 100,0
|
=0,42
|
Maka nilai terbaik adalah: x = (10,00 ± 0,07)
IV. ANGKA BERARTI
Telah kita ketahui bahwa cara melaporkan hasil pengukuran
harus dalam bentuk
x ± Δx. Misalkan tujuh
kali pengukuran menghasilkan nlai
rata-rata berapa angka desimal
yang harus dilaporkan? Cara pelaporan tergantung pada ketelitian dalam pengukuran, yakni pada ketidakpastian Δx. Jika dari hasil perhitungan kita
peroleh Δx sebesar 0,01, maka harus dilaporkan
dengan dua angka desimal juga.
Sekarang coba perhatikan x = 3,1 dan x = 3,10. Kedua
nilai tsb memiliki arti yang tidak sama, nilai x = 3,1 berarti angka 3
diketahui dengan tepat tetapi angka 1 diragukan. Nilai x = 3,10 memiliki arti
bahwa selain angka 3, angka 1 juga diketahui dengan tepat sedangkan angka 0
diragukan. Pengukuran dengan hasil 3,10 lebih teliti daripada 3,1. Dapatlah kita simpulkan bahwa semakin
banyak angka berarti yang disertakan dalam pelaporan berarti semakin teliti pengukuran itu telah dilakukan.
Seringkali ketelitian pengukuran dinyatakan dengan %,
misalnya , artinya x = 3,14285...
dan Δx = 0,0314285.. dengan demikian x dilaporkan sebagai x = (3,14 ± 0,03). Jika ketelitian meningkat,
misalnya 1‰, maka x dilaporkan
sebagai x = (3,142 ± 0,003).
Sebaliknya dengan ketelitian hanya 10%, maka x = (3,1 ± 0,3). Dari uraian di atas dapat kita simpulkan aturan
praktis berikut:
-
ketelitian 10% memberi hak
atas dua angka berarti
-
ketelitian 1% memberi hak
atas tiga angka berarti
-
ketelitian 1‰ memberi hak
atas empat angka berarti
Latihan:
Pada 10 kali pengukuran diperoleh hasil pengamatan
sebagai berikut:
X = 8,54; 8,54; 8,55; 8,56, 8,57;
8,57; 8,57; 8,58; 8,58; 8,59
Laporkanlah hasil pengukuran
dalam bentuk
V. KETIDAKPASTIAN PADA
FUNGSI VARIABEL
Dalam percobaan fisika seringkali besaran yang ingin kita
ketahui bukan berupa besaran pokok.
Besaran itu merupakan fungsi dari besaran-besaran lain yang dapat
diukur. Contohnya adalah ketika kita ingin menentukan rapat massa (ρ) sebuah
benda, maka yang kita ukur adalah massa (m) dan volume (V) benda tsb. Karena m
dan V masing-masing memiliki nilai ketidakpastian yaitu Δm dan ΔV, maka ρ juga
memiliki nilai ketidakpastian. Persoalannya adalah bagaimana menentukan Δρ?
Dalam menentukan ketidakpastian semacam ini, ada tiga kasus yang berbeda yaitu:
-
Δm dan ΔV keduanya berupa
nilai skala terkecil alat ukur
-
Δm dan ΔV keduanya berupa
standar deviasi
-
Salah satu berupa nilai skala
terkecil alat ukur, yang lain berupa standar deviasi
Ketiga kasus tsb akan diuraikan pada bagian berikut dan
agar pernyataan ketidakpastian menjadi umum maka Δm, ΔV dan Δρ masing-masing
kita nyatakan sebagai Δx, Δy dan Δz.
5.1 Δx dan Δy keduanya
berupa nilai skala terkecil alat ukur
Jika x = (x ± Δx) dan y = (y ± Δy), maka z = (x ± Δx , y
± Δy)
z = (x ± Δx , y ± Δy) kita uraikan dalam deret Taylor,
diperoleh:
Rumus di atas dapat diperluas mencakup lebih dari dua
variabel :
Berikut ini diberikan beberapa fungsi yang sering kita
jumpai dalam percobaan fisika berikut diferensialnya:
Contoh:
1. Ukuran sebuah balok kayu adalah: P = (4,0 ± 0,05) cm, L = (3,0 ±
0,05) cm dan
T = (2,0 ± 0,05) cm. Menurut pengukuran ini, akan kita
tentukan volume balok berikut ketidakpastiannya.
Karena ketelitian mencapai 5%, yang berarti memiliki hak atas 2 angka berarti, maka kita
laporkan V = (24,0 ± 1,2)cm3
2. Percepatan gravitasi di
sebuah tempat hendak ditentukan melalui percobaan bandul matematik. Persamaan
perioda bandul adalah . Panjang bandul
diukur memakai penggaris dihasilkan L = (100 ± 0,1) cm dan perioda bandul T = (2,0 ± 0,05) detik maka g berikut
ketidakpastiannya dihitung sbb:
Mengingat ketelitian percobaan sebesar 5% maka kita laporkan
g = (9,9 ± 0,5) x 102
cm/s2
Kalau g ingin diketahui dengan ketelitian yang lebih
tinggi, T harus diukur dengan stopwatch yang lebih teliti atau melakukan
pengukuran berulang.
5.2 Δx dan Δy keduanya
berupa simpangan baku
Setiap pasangan xi dan yi menghasilkan nilai zi. Dalam
ilmu statistik dapat dibuktikan apabila x dan y memenuhi sebaran Gauss, maka
demikian pulalah z, karena itu nilai terbaik z adalah nilai rata-rata nya.
Demikian pula ketidakpastian nilai z, berupa simpangan baku rata-rata sampel:
Mengingat maka
Untuk n besar karena masing-masing bebas satu
sama lain maka berpeluang sama besar bertanda negatif atau positif. Jadi
Berikut ini beberapa contoh fungsi dua variabel:
Contoh:
Percepatan gravitasi di sebuah tempat hendak ditentukan
melalui percobaan bandul matematik. Duapuluh kali pengukuran perioda bandul
menghasilkan rata-rata T = 2,00 dan simpangan baku rata-rata 0,02 detik,
sedangkan sepuluh kali pengukuran panjang tali bandul menghasilkan L = 100,00
cm dengan simpangan baku rata-rata 0,04 cm. Akan kita hitung, berapa g dan Δ g .
Mengingat ketelitian
percobaan sebesar 2% maka kita laporkan
g = (9,9 ± 0,2) x 102
cm/s2
VI. MEMBUAT GRAFIK
Dari percobaan kita memperoleh titik-titik data xi ±
Δxi dan titik-titik yi ± Δyi yang diperoleh melalui perhitungan, bukan
pengukuran langsung. Ketika kita plot titik-titk data tersebut pada kertas
grafik maka ketidakpastiannya harus kita sertakan pula. Perlu diingat bahwa
ketidakpastian pada kertas grafik tidak boleh lebih atau kuarang dari nilai
ketidakpastian yang telah kita hitung, agar ketelitian yang sudah kita hitung
dengan susah payah tidak hilang “tenggelam” dalam ketidakpastian grafik.
Sebagai ilustrasi, kita ambil kertas milimeter grafik yang mempunyai jarak
antara dua garis terdekat sebesar 1mm, maka Δx grafik = 0,5mm. Jika ukuran
kertas grafik 10 x 10cm, ketelitian terbaik yang dapat dicapai adalah
(0,5/100)x100% = 0,5%. Dengan demikian ketidakpastian hasil perhitungan dengan
ketelitian 0,1 % tidak dapat diplot pada kertas grafik 10x10 cm, artinya harus
menggunakan kertas grafik yang ukurannya lebih luas misalnya 50x50 cm.
Perhatikan contoh berikutnya, jika pada sumbu x yang panjangnya 10 cm kita
gunakan untuk memplot nilai maksimum 100 Volt, maka ketidakpastian mutlak yang
terkecil yang dapat digambar adalah (0,5/100)mm x 100 = 0,5 Volt. Jadi untuk
Δx<0,5 Volt kita harus mengecilkan
nilai satuan skala dengan kata lain kertas yang digunakan harus diperluas.
Jelaslah bahwa memilih besar kertas grafik memerlukan
perencanaan yang baik. Selain itu sebuah garis grafik yang kita buat harus
tampak penuh (mengisi seluruh luas kertas grafik) dengan cara memilih nilai
skala mendatar maupun tegak dengan tepat.
Hal lain yang harus diperhatikan dan diingat dalam
membuat grafik antara lain:
-
Judul grafik, ditulis pada
bagian atas grafik
-
Besaran pada sumbu mendatar
maupun tegak harus ditulis lengkap dengan satuannya
-
Pilih harga satuan skala
sumbu-sumbu grafik dengan bilangan bulat atau kelipatan puluhan, misalnya
1,2,3,... atau 5,10,15,... atau 10,20,30,...
-
Perkirakan bentuk grafik yang
akan buat apakah fungsi linier (garis lurus) ataukan fungsi kuadrat (garis
lengkung). Jika fungsi dari grafik yang akan buat berbentuk y=f(x), sebaiknya
besaran pengubah f(x) diplotkan pada sumbu mendatar, sedangkan besaran yang
diubah pada sumbu tegak
good
BalasHapusgambarnya gk keliatan bos.. tolong
BalasHapusgambarnya gak ada
BalasHapusKak bisa minta sumber bukunya kak
BalasHapus